Jejak Ksatria Airlangga di atas Samudra

Dari kapal phinisi yang menjadi Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga, keluarlah Ibu dengan digotong menggunakan tandu. Kemudian, giliran sang bayi diserahkan ke pihak keluarga yang menunggu di perahu kecil. Kala itu, ombak begitu tenang seolah bersukacita mengiringi kepulangan Ibu dan bayi tersebut. 


Pulang menggunakan perahu. (sumber : https://www.youtube.com/watch?v=CpwXj6fRd2A)


Cuplikan video yang diunggah oleh IKA FK Unair memperlihatkan proses kepulangan Ibu yang berhasil melahirkan di Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga. Video tersebut membuka mata kita semua bahwa fasilitas kesehatan di Indonesia masih belum merata. 


Fasilitas kesehatan barangkali menjadi kemewahan bagi saudara kita yang berada di pulau terpencil. Kalaupun ada rumah sakit, masyarakat harus menempuh jarak puluhan kilometer dengan berbagai medan baik darat maupun laut.  Nyawa pun menjadi taruhannya. 


Ketimpangan akses layanan kesehatan membutuhkan solusi.  Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga adalah salah satu bentuk kontribusi untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang berkeadilan demi mewujudkan poin Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 yaitu kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Konsep rumah sakit terapung memang cocok diterapkan di Indonesia yang notabene sebagai negara kepulauan.


Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga

Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga mulai dibangun sejak 2017 dan diinisiasi alumni FK Universitas Airlangga. Semangat persatuan atas nama misi kemanusiaan yang membuat rumah sakit terapung ini dapat terwujud. Mengutip dari situs fk.unair.ac.id, biaya operasional mengandalkan sumbangan alumni Unair, sponsor perusahaan dan masyarakat umum.

Kehadiran rumah sakit terapung ini bagian dari ikhtiar untuk menyongsong Indonesia yang adil dan beradab. Ya, fasilitas kesehatan harus bisa diakses oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Amat miris ketika harus mendengar kasus pasien meninggal saat perjalanan karena begitu jauhnya perjalanan menuju rumah sakit.  

Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga melayani pemeriksaan kesehatan, tindakan operasi, dan kegiatan non medis (seperti penyaluran bantuan bencana, penelitian, dan sebagainya). Hingga kini, kapal phinisi yang dijadikan rumah sakit terapung ini sudah berlayar kurang lebih 42 pulau di Indonesia, seperti Pulau Bawean, Pulau Komodo, Sumbawa, Lombok Timur, dan masih banyak lagi.


Memang, kiprah Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga belum usai. Masih banyak daerah yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Setidaknya, Unair sebagai salah satu Universitas Terbaik di Indonesia telah memberikan teladan untuk kampus atau instansi lain untuk turut bersama-sama berkontribusi nyata untuk Indonesia. 

Disamping World Class University, nyatanya Universitas Airlangga tidak melupakan misi kemanusiaan terutama pada wilayah 3T. Kehebatan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu dan solidnya jaringan alumni adalah modal Unair untuk turut menyongsong Indonesia adil dan beradab. 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.